Senin, 18 Juni 2012

Perempuan ini..

Senin, 18 Juni 2012

Aku nggak pernah nyangka kalau aku akan hamil, sampai 3 kali aku gunakan tespack hasilnya tetap sama. Tapi aku tetap nggak percaya dan periksa ke bidan kandungan. Ternyata aku benar-benar hamil. Bingung dan panik, segera aku menghubungi pacarku di Jakarta dan bilang ke dia kalau aku hamil dan ingin gugurin, dia setuju dengan kemauanku. Alasanku ingin meggugurkan karena aku benar-benar tidak siap membawa manusia ke dunia ini, aku nggak mau bayi itu ikutan susah sepertiku.
Segala macam cara sudah kucoba untuk menggugurkan kandunganku, mulai dari makan nanas muda sampe bibir dan mulutku sakit, tiap malam minum jamu, loncat2, minum alcohol, ngeganja, sampe 2 kali ke dukun pijat beranak buat gugurin, tapi sama saja, tidak berhasil.


Aku coba tanya teman-temanku yang pernah aborsi berapa harga aborsi kalau dirumah sakit, temanku bilang dirumah sakit tempat dia aborsi senilai 4 juta untuk usia kandungan 4 bulan. Mana ada aku uang segitu?!? Gajiku saja dari bekerja sebagai resepsionis di hotel kacangan hanya Rp. 650.000/sebulan, itupun aku harus aku bagi dengan saudaraku (sejak kedua orang tuaku meninggal, aku tinggal bersama nenek dan tante2ku). Aku menghubungi pacarku dan menyampaikan kalau aku sudah berusaha menggugurkan dengan berbagai cara yang kutau, tapi tetap aja gak ada hasilnya. Akhirnya dia mengirimkan aku uang buat ongkos ke Jakarta dan menjanjikan kalo ada obat menggugurkan yang murah disini. Aku tiba di Jakarta dengan kondisi hamil 3 bulan, aku tinggal di rumah kolektif tempat dia tinggal dan beraktivitas juga. Aku sempat berfikir kehadiranku (dan kondisi kehamilanku) saat itu hanya diketahui oleh 1 orang disana, sementara hari terus berjalan, dan perutku semakin membesar. Aku tak mungkin menyembunyikan kehamilanku dihadapan teman2 yang lain, maka aku hanya berharap laki-laki itu bisa segera mendapatkan obat dan aku segera mengugurkan kandunganku. Selesai.
Tapi apa yang kudapat? Sampai usia kandunganku 6 bulan dia juga belum dapat uang buat beli obat itu, akhirnya teman2 dimana tempat aku tinggal mengetahui kondisiku, inipun setelah laki-laki brengsek itu didesak untuk menceritakannya pada teman2 serumah. Karena bagaimanapun mereka akan tersangkut dengan kondisi ini. Rumah kami berada ditengah masyarakat yang agamanya masih kuat, tentu melihat perempuan hamil dan tinggal bersama2 akan mengundang tanda tanya dan resiko lain, aku nggak mau mengorbankan teman2 karena ini. Melihat besarnya usia kandunganku dan tidak adanya uang sama sekali, kami rembukan bersama dan nggak setuju dengan rencana aborsi karena membahayakan. mereka takut kalau ada apa2 terjadi denganku. Dengan berat hati aku harus meneruskan kehamilanku, sungguh ini bukan hal yang kuinginkan.
Akhirnya kita sepakat buat nikah sirih (agama, dibawah tangan) itu untuk menyelamatkanku dan juga teman2 ditempatku tinggal. Sementara keluargaku di Medan nggak tau sama sekali dengan keadaanku.

Aku mengenal laki-laki itu sekitar tahun lalu, saat aku datang ke Jakarta bersama temanku. Kita sepakat pacaran dengan relasi poliamor[1], aku tau dia sudah punya pacar yang dipacarinya selama 4 tahun. Tapi karena pacarnya nggak setuju dengan relasi seperti ini, aku memutuskan hubungan kami, tapi dia nggak mau dan tetap maksa pacaran denganku. Mau

[1] Poliamor adalah bentuk relasi terbuka dimana masing-masing dibebaskan untuk menjalin hubungan dengan yang lain dengan kesepakatan bersama, kejujuran, dan keterbukaan.

gak mau dan dengan terpaksa pacarnya yang sudah dijalaninya selama 4 tahun setuju dengan hubungan kami (tentu saja ini bukan poliamor, karena salah 1 pihak tidak setuju). Saat aku pulang ke Medan, dia ikut dan tinggal beberapa bulan bersamaku dan teman-teman. Setelah dia pulang ke Jakarta baru aku mengetahui kalau aku hamil.
Dan yang gilanya lagi, pacarnya yang satu lagi itu hamil juga nggak jauh beberapa bulan dariku sekitar 4-5 bulan bedanya. Gila kan… Dari sini aku melihat bahwa alasan pacarku tentang poliamor itu hanya pembenaran dia untuk keinginan pribadinya saja.

Akhirnya kami ketemu buat ngobrolin dan mencari solusi kami bertiga, kami sepakat untuk kerjasama dalam menghadapi hal ini. Hal-hal penting yang menjadi kesepakatan dan rencana kami adalah; aku menikah dengannya (bawah tangan) hanya untuk ‘menyelamatkan diriku’ dan rumah tempat kami tingla bersama, dia menemui keluarga pacarnya untuk ‘bertanggung jawab’ alias menikah (pacarnya ini sangat ingin melanjutkan kehamilannya dan membangun rumah tangga yang indah dengan laki-laki ini hihihihihi…), dia mencari uang, aku menjaga kondisi (fisik & psikologisku) dan mencari info melahirkan murah.
Dengan kondisi seperti ini dia jadi sering bolak-balik antara aku dan pacarnya. Tapiii… setelah kami menikah pada bulan November 2010, tiba-tiba saja menghilang di akhir bulan Desember, terakhir dia cuma bilang akan pergi dulu dan akan kembali dalam 2 hari, tapi sampai hari ini (Maret 2011 dn usia kandunganku sudah 8 bulan!) dia nggak kembali!! Dia tak bisa dihubungi karena hpnya ia tinggalkan disini dan setiap kali kutelfon kerumah orang tuanya, ibunya selalu menjawab ia nggak ada dengan nada masam dan segera menutup telpon, aku sms dan teflón pacaranya juga tidak pernah dibalas dan tidak diangkat. Aku menanti beberapa saat, tapi ketika sudah lewat 1 bulan ini artinya pertanda tidak baik karena mereka udah mengkhianati kesepakatan kita bersama dan kabur, ini pertanda perang!

Akhirnya aku dan kawan2 memutuskan untuk mendatangi rumah orang tua laki-laki brengsek itu untuk mencari keberadaannya, setiba disana ibunya seperti tidak menerima kami, tapi kami cuek saja. Sikap ibunya nggak ramah dan menyalahkan aku sepenuhnya kenapa hal ini bisa terjadi (aku hamil), dan aku bilang kenapa ibu juga nggak menyalahkan perempun yang satu lagi? kenapa dia bisa hamil juga? Dipikiran ibunya aku ini cewe nggak bener karena dilihatnya aku bertatto, ngerokok dan gak verja (mana dia tau kalau selama di Medan aku kerja, aku baru berhenti kerja ketika mengetahui diriku hamil). Aku nggak perduli dengan pikirannya dan aku membela diriku dengan mengatakan bahwa ini bukan kesalahanku sendiri, tapi juga anaknya. Aku baru tau juga kalau ternyata laki-laki itu berulang kali minta uang ke keluarganya dengan alasan ini itulah dan mengatakan kalau uang itu untuk aku juga, tapi kenyataannya sama sekali uang itu nggak pernah sampai di aku. Teman-teman disnilah dan yang dari luar kota yang selalu bantu keuangan dan kebutuhanku. Aku bilang ke ibunya kalau laki-laki itu nggak pernah ngasih aku uang tapi ibunya tetap nggak perduli.
Dari obrolan dengan ibunya juga aku dapat kabar kalau mereka telah menikah dengan sah, setelah mereka menikah katanya mereka tingal dirumah istrinya, dan laki-laki itu hanya pulang kerumah ibunya sesekali saja. Aku nggak perduli dengan pernikahan mereka itu, yang aku perdulikan tanggung jawabnya saat aku hamil dan melahirkan. Aku nggak suka diperlakukan seperti itu, mereka seperti menyembunyikan laki-laki itu. Aku juga membuat buat surat pernyataan kesepakatan finansial yang harus di tandatanganinya. Tapi sampai sekarangpun hewani itu (aku selalu memanggilnya dengan nama itu) nggak datang-datang, padahal kandunganku makin membesar, tetangga dan anak-anak kecil ditempat aku tinggal selalu tanya dimana suamiku. dan lagi-lagi aku harus bohong dengan mengatakan kalau laki-laki itu kerja di Serang, pulangnya kadang 3x dalam 2 minggu. Kurang enak apa hewani itu sampe aku melindunginya dan bohong ke warga disini. Aku juga sering kali sms istrinya yang ‘sah’ itu tapi sama sekali nggak direspon. Terakhir aku dan teman2ku datang kerumah orang tua perempuan itu (karena info dari ibunya mereka tingla disana estela menikah), sampai disana lagi-lagi dibilang kalau mereka nggak ada dan lebih banyak tingla ditempat laki-laki iti. Wah ada yang ngak beres ini, akhirnya aku melancarkan serangan ala acara reality show ‘termehek-mehek’ dengan ngasih tau ke orang tua si istri ‘sah’ kalau aku ini juga istrinya laki-laki itu dan tengah hamil 8 bulan. Mereka terkejut dan nggak nyangka, karena tau mereka ‘main kucing dibelakang’. Aku juga baru tau kalau mereka (laki-laki dan istrinya itu) udah bohong sama orang tuanya (dan bohong sama aku juga), karena menurut orang tuanya anak mereka baru saja hamil 1 bulan, ini berarti mereka bohong ke aku karena ketika kami ngobrol bertiga mereka bilang bahwa si hewani itu akan bilang ke keluarganya kalau si perempuan itu hamil dan akan menikahinya, tapi ternyata mereka main aman dibelakangku. Makin murkalah aku, makanya sekalian aja aku kasih tau ke orang tuanya bahwa kami sudah bertemu bertiga pada bulan November dan kondisi perempuan itu sudah hamil. Aku juga nyamperin tetangga disekitar rumah perempuan itu dan memberitahu kalau aku ini istri dari laki-laki itu dan sebentar lagi akan lahiran dan tetangganya itu gak kalah kagetnya mendengar ucapan yang aku bilang karena setau mereka, perempuan itu belum lama ini menikah. Mampus! Makanya jangan main api kalau nggak berani terbakar!
Dia (si hewani itu) nggak tau rasanya membawa anak ini kemana2, tega dia seperti itu dan aku gak akan pernah terima diperlakukan seperti ini. Apa lagi dengan perlakuan ibunya, mudah2an aja ibunya cepat mati dan aku nggak akan pernah memaafkan mereka sampe aku mati dan aku menaruh rasa dendam dalam diriku buat mereka. Nggak nyangka aku ibu dan kakaknya seperti itu apa lagi sama2 di posisi perempuan. Aku nggak minta uang ke mereka, hanya berharap respon baik dan kepedulian mereka sebagai sama2 perempuan, karena jujur saja aku tidak memiliki siapa2 untuk mendukungku selain teman2 dirumah ini. Tapi mereka benar2 tidak perduli, menurutku mereka bukan manusia.

Nanti setelah anakku lahir, tumbuh besar dan sudah mengenal banyak hal aku akan cerita kenapa bapaknya lari dari tanggung jawab dan cerita perlakuan keluarga dari bapaknya.
Meski aku capek dan lelah memikirkan dan menghadapi hal ini, tapi aku nggak pernah berpikiran untuk menyerah, apalagi untuk bunuh diri. Itu sama sekali nggak ada didalam pikiranku.Ini semua membuka mataku akan begitu banyak hal dan pelajaran, semakin menguatkan pendirianku dan aku akan membesarkan anakku tanpamu bajingan..

Oh ya, nama laki-laki itu MUHAMMAD HARTANTYO (tyo) (FB: MOLOTOV BERSAYAP HITAM).
Hungry Heart © 2014